Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Jumat, 11 Maret 2011

Majlis Dzikir Nur Muhammad Buah Hikmah dari Musibah

Sekitar 150 ibu-ibu berpakaian serba putih berkumpul di rumah jalan Rembulan no 7 Kopo Elok Kelurahan Cirangrang Babakan Ciparay.

Mereka tampak khusyu. Sesekali mereka terlihat menitikan air mata tatkala doa yang dipanjatkan oleh seorang Ustadzah menggetarkan hatinya. Bahkan ada sebagian mereka yang tak kuasa menahan air matanya lantas menagis tersedu-sedu.

Tentu ada banyak persoalan yang mewarnai perjalanan hidup ini. Suka dan duka akan silih berganti hingga kematian datang menjemput.

Kita sebagai manusia tentu pernah berdosa, baik kecil maupun besar. Kehilafan bisa menjadi salah satu penyebabnya. Barangkali inilah yang menjadi perenungan kita semua. “Maka dengan berdzikir hati menjadi tentram” itulah bunyi firman Allah dalam surat () ayat ().

Majlis Dzikir Nur Muhammad begitu orang menamakannya. Ibu Ayu Noery Tanoedjiwa ketua Majlis Dzikir Nur Muhammad menuturkan kepada kami tentang awal berdirinya Majlis Dzikir itu.

Ibu Noery awalnya seorang muslimah yang taat mengaji. Dari majlis taklim ke majlis taklim di kota Bandung ia singgahi. Kegiatan ini rutin ia jalani dengan penuh semangat.

Hingga suatu hari 9 Februari 2008, Ir H. Abdul Wahab Kemas, sang suami tercinta meninggal akibat penyakit jantung yang telah dideritanya selama 15 tahun.

Segalanya mulai berubah. Ibu Noery tidak mau lagi keluar rumah. Ia banyak mengurung diri di rumah sendirian. Baju yang dikenakannya pun setiap hari selalu serba hitam. Rutinitas pengajian di berbagai Majlis taklim Dia tinggalkan.

Ibu dari 3 orang anak ini menyadari bahwa Allah telah menakdirkan suaminya meninggal. Namun, ia tetap tidak mau menerima kenyataan itu. Ia merasa suaminya telah berkhianat karena pergi lebih awal ke haribaan Ilahi.

“Papih duluan. Ga ah mamih aja duluan. Mamih ga mau. Iya deh Papih yang duluan. Ternyata dia pergi duluan. Saya merasa terpukul. Perasaan sedih, sepi dan sunyi menghanyutkan saya terus” Kata Noery mengenang saat-saat bercanda bersama sang suami.

Perasaan sedih itu terus terbawa, apalagi ketika Ibu Noery mengingat saat suaminya menutup mata untuk terakhir kali di pangkuannya, tepat selesai adzan magrib berkumandang.

Dzikir ketika sendiri masih tidak mampu mengobati kesedihannya. Berdoa dan membaca alquran ketika sendiri pun tidak mampu menghilangkan rasa pilu yang menimpanya.

Delapan bulan Noery jalani kesendirian tersebut di rumahnya. Perasaan sedih ini tentu tidak bisa dibiarkan terus ada. Sampai ketika ia menyadari bahwa harus ada dorongan dari orang lain secara berjamaah.

Maka Noery berinisiasi mengadakan pengajian berjamaah di rumahnya. Inisiatif ini kemudian direspon positif oleh rekan-rekannya. Maka dibentuklah Majlis Dzikir Nur Muhammad.

Awalnya sekitar 30 rekan-rekannya dari berbagai Majlis Taklim rutin berkumpul. Kini ratusan ibu-ibu berdatangan mulai dari Majlis Taklim Khairun Nisa Gunung Batu, Nur Hasanah Cilember, Rahmatan Alamin Masjid Raya Agung Bandung, Majlis Dzikir Nur Salam Jawabarat serta Majlis lainnya.

Kagiatan rutin Majlis Dzikir Nur Muhammad meliputi ceramah umum, mendengarkan alquran (sima alquran), tilawah serta mengkaji struktur alquran atau kajian Numerik alquran. Semua kegiatan ini dilakukan secara berjamaah.

Khusus ceramah umum yang diadakan setiap akhir bulan, pada hari kamis setelah ashar ini, para jamaah akan dipimpin berdzikir oleh ustadzah Ummi Kulstum.

Kini Ibu Noery tidak lagi sendiri. Jamaah Majlis Taklim Nur Muhammad sudah dianggap sebagai sudaranya. Jika salah seorang diantara mereka ada yang tidak hadir, maka Ibu Noery akan merindukannya.

“Saya merasa tenang. Rasa sedih atas kehilangan suami tidak terasa lagi. Saya akhirnya memahami bahwa ada hikmah dibalik itu semua,” tutur Noery.

Kegembiraan Ibu Noery lantas ia tulis dalam bait-bait puisi berikut ini.

“Aku minta kepada Allah setangkai bunga segar. Dia beri aku kaktus berduri.
Aku minta pada Allah binatang mungil nan cantik. Dia beri aku ulat berbulu.

Aku sempat sedih, protes dan kecewa. betapa tidak adilnya ini.
Namun kemudian… subhanallah..ampuni aku ya Rabb…

Kaktus itu berbunga sangat indah sekali.
Ulat itu pun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik.

Itulah jalan Allah… indah pada waktunya.


Muhammad Yasin
Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 44
Dengan judul asli Majlis Dzikir Nur Muhammad, Mencari Ketentraman Hati, Meraih Ridha Ilahi

0 komentar:

Posting Komentar