Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Jumat, 18 Februari 2011

Bismillah, Awal Langkah Menuju Berkah

Kecuali surat At-Taubah, 113 Surat lain dalam wahyu suci Alquran, yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, seluruhnya diawali dengan bismillah.

“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan.”(QS 96; 1). Demikian wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad bin Abdullah di dalam gua Hira, 15 abad silam. Wahyu ini sekaligus mentahbiskan Muhammad menjadi Rasulullah, utusan Allah terakhir yang menyeru manusia di muka bumi untuk mengesakan Allah.

Merujuk kepada sejarah, lafadz bismillah ternyata tidak hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw saja, nabi-nabi sebelumnya mengamalkan bacaan ini dalam segala aktifitasnya. Nabi Sulaiman a.s. misalnya memakai kalimat bismillah ketika mengawali suratnya kepada Ratu Balqis di kerajaan Saba untuk tidak menyembah matahari “Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (an-Namal : 30)

Catatan sejarah lainnya, di zaman Nabi Nuh as, saat banjir hebat terjadi, nabi Nuh memerintahkan para pengikutnya untuk menaiki perahu sambil berkata "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.” (Hud : 41)

Tidak hanya para Nabi dan rasul, umat-umat shaleh terdahulu menggunakan lafadz bismillah dalam setiap aktifitasnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda,“Pada saat malam terjadinya Isra’ saya mencium bau harum, sayapun bertanya, “Ya Jibril, bau harum apakah ini?”Jibril menjawab, “Ini adalah bau wangi wanita penyisir rambut putri Fir’aun (Masyithah) dan anak-anaknya.” Rasul bertanya, “Bagaimana bisa?” Jibril berkata, “Ketika dia menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisirnya terjatuh. Dia mengambilnya dengan membaca ”Bismillah.”

Saat menyembelih hewan untuk dikonsumsi, segala jenis hewan yang dihalalkan pun bisa berubah haram, tatkala prosesi penyembelihannya tidak diawali dengan Bismillah. Salah satu kriteria halal-haramnya daging hewan yang kita konsumsi adalah saat prosesi penyembelihan. “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah…”. (QS Albaqarah : 173).

Makna dibalik Lafadz Bismillah…?
Ketua Jurusan Tafsir Hadist Universitas Islam Negri Bandung (UIN) Sunan Gunung Djat, Dr.Engkos Kosasih, Lc mengungkapkan, bahwa kandungan bismillah terdiri dari kata bi yang artinya dengan, ismi artinya Allah, Arrahman artinya Yang Maha Pengasih dan Arrahim Yang Maha Penyayang.

Hal ini, menurutnya, menggambarkan apapun yang kita kerjakan dan kita perbuat selama pekerjaan itu baik maka sudah sepantasnya dimulai dengan bismillah. Pengucapan bismillah, tambah Engkos Kosasih, menggambarkan apa yang kita lalukan harus memiliki keterkaitan dengan Allah Azzawajalla.

“Ucapan bismillah Dengan nama Allah, bisa menjaga seseorang dari berbuat sesuatu yang mungkin pada awalnya baik, namun pada perjalanannya terjerumus pada keburukan. Bismillah bisa menjaga seseorang baik dari awal, ketika proses dan baik ketika akhirnya,” paparnya.

Dalam kitab tafsir Ma’riful Qur’an, Mufti Shafi Usmani mengungkapkan kata bismillah terdiri dari 3 suku kata ba, ism dan Allah. Kata ba memiliki 3 konotasi dalam bahasa Arab, pertama mengekspresikan kedekatan antara dua benda yang satu dengan lainnya hampir tidak memiliki jarak, Kedua mencari pertolongan dari seseorang atau sesuatu, ketiga Mencari berkah dari seseorang atau sesuatu.

Kata ism secara sederhana diartikan sebagai nama. Sedangkan kata Allah merupakan gabungan dari kata Al dan Ilah. Kata Al mempunya fungsi definitif dalam bahasa Arab yaitu untuk menunjukkan sesuatu yang khusus sedangkan kata Ilah mengandung arti sesuatu yang disembah.

Kata Allah juga mengacu kepada suatu zat atau esensi yang tidak bisa dinisbahkan kepada yang lain melainkan hanya kepada Allah sendiri. Kata Allah juga merupakan bentuk tunggal yang tidak mempunyai bentuk dual atau jamak hal ini untuk menguatkan makna keesaan pada Allah.

Dari analisisnya ini, Mufti Shafi Usmani berpendapat, 3 makna kata bismillah dalam kaitannya dengan kata ba yaitu pertama dengan nama Allah SWT, kedua dengan pertolongan nama Allah SWT, ketiga dengan berkah nama Allah SWT.

Maka dari sini kita bisa menggambarkan betapa hebatnya kekuatan dari ucapan bismillah ketika memulai segala aktivitas. Dengan mengucapkan bismillah kita berharap bahwa Allah SWT akan bersama sama dengan kita. Selain itu Allah SWT akan menolong dan memberikan keberkahan dalam proses pekerjaan yang kita lakukan.

Begitu pula M. Quraish Shihab. Dalam bukunya ‘Lentera Alquran’, Quraish Shihab, memulai bab pembahasan dengan artikel berjudul ‘Mulailah Segala Aktivitas kita dengan Mengucapkan Basmalah.’ Dengan mengucapkan bismillah, menurutnya, bukan sekedar mengharapkan berkah, tetapi juga menghayati maknanya, sehingga dapat melahirkan karya yang positif.

Kata bi yang diterjemahkan “dengan”, oleh para ulama dikaitkan dengan kata “memulai”. Sehingga pengucap basmalah pada hakikatnya berkata: “Dengan (atau demi) Allah saya memulai (pekerjaan ini).” Apabila Anda menjadikan pekerjaan kita “atas nama” dan “demi” Allah, maka pekerjaan tersebut pasti tidak akan mengakibatkan kerugian pihak lain. Karena ketika itu, kita telah membentengi diri dan pekerjaan kita dari godaan nafsu dan ambisi pribadi.

Masih menurut Quraish Shihab, kata bi juga dikaitkan dengan “kekuasaan dan pertolongan”, sehingga si pengucap menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya terlaksana atas kodrat (kekuasaan) Allah. Ia memohon bantuan-Nya agar pekerjaannya dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Dengan permohonan itu, di dalam jiwa si pengucap tertanam rasa kelemahan di hadapan Allah SWT. Namun, pada saat yang sama, tertanam pula kekuatan , rasa percaya diri, dan optimism karena ia merasa memperoleh bantuan dan kekuatan dari Allah, sumber segala kekuatan. Apabila suatu pekerjaan (aktivitas_red) dilakukan atas bantuan Allah, maka pasti ia sempurna, indah, baik dan benar karena sifat-sifat Allah “berbekas” pada pekerjaan tersebut.

Senada dengan Quraish Shihab, Ketua Umum Yayasan Muntada Ahlil Quran, H. Taufik Hamim Effendi, Lc., MA, kepada Alhikmah mengatakan, dengan basmalah pada hakikatnya kita telah berikrar bahwa kehendak Allah SWT di atas segalanya. Maka dengan kehendak-Nya ini, segala perkerjaan kita akan sempurna. Walaupun tetap, kita berkewajiban untuk senantiasa berusaha, berdoa dan bertawakkal.

Selain itu, Basmalah juga memiliki keutamaan lain, yakni sebagai pembuka banyak ibadah, seperti mandi wajib, berwudhu, membaca Al-Quran dan tentunya juga perkerjaan-pekerjaan mubah, seperti makan dan minum, dan banyak aktivitas kaum muslimin lainnya.

Dalam praktik penyebaran Islam, Rasulullah SAW kerap mengirimkan surat yang berisikan dakwah kepada raja-raja di berbagai negeri untuk beriman kepada Allah SWT. Beliau SAW selalu memulai suratnya dengan lafazh basmalah. Demikian pula Nabi Sulaiman pun menuliskan basmalah saat mengirimkan surat ke ratu Bilqis, sebagaimana Allah abadikan kisahnya dalam Al-Quran dalam surat An-Naml. (QS 27; 30).

Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, "Segala aktifitas yang dianggap penting dalam islam dan tidak dimulai dengan basmalah maka tidak akan ada barokahnya."

Berkah Didapat Produktivitas Meningkat
Taufikurrahman, dalam artikelnya “Produktivitas seorang Muslim”, mengatakan, bahwa Islam merupakan agama ‘amali, agama yang mengutamakan nilai-nilai produktivitas secara sempurna dan syumuli, baik produktif dalam arti menghasilkan sebuah karya ataupun produktif dalam arti menghasilkan sebuah peningkatan serta perbaikan diri dan masyarakat. Karenanya, produktivitas di sini didefinisikan sebagai semua hal yang mengandung nilai-nilai kebaikan (khairiyyah), duniawi dan ukhrawi.

Oleh karena itu, ada tiga jenis produktivitas manusia, produktivitas terhadap Allah (produktif dalam ibadah mahdhah, seperti shalat, shaum, dzikir, dan lain-lain), produktivitas terhadap diri sendiri (produktif dalam memenej diri, membangun dan membina kedewasaan, dan lain-lain) dan produktivitas terhadap sesama manusia (produktif dalam berbuat ishlah (perbaikan) masyarakat, baik berupa penularan gagasan dan pikiran (karya-karya ilmiah, ceramah dan dakwah) atau berupa tenaga dan jasa).

Konsep-konsep Islam mampu menembus dimensi basyariyah sekaligus dimensi ilahiyyah. Oleh karena itu, Islam bukanlah agama yang hanya mengurusi masalah-masalah vertikal saja, akan tetapi juga membahas masalah yang sifatnya horizontal. Islam –dengan ke-syumul-annya– menawarkan konsep “manusia produktif” kepada setiap orang sekaligus mengantarkan mereka menembus nilai-nilai ilahiyyah yang sering tertutup oleh tabir kegelapan jahiliyyah.

H. Djoko Sasongko, misalnya. Pengusaha Muslim asal Bandung ini, kepada Alhikmah, memaknai lafadz bismillah dalam memulai aktivitas usahanya, sebagai proses hijrah dari orientasi kehidupan yang awalnya hanya sekedar mengejar materi keduniaan, menjadi berorientasi untuk kebaikan dunia dan akhirat.

Ia meyakini, dengan Bismillah di setiap awal langkah, maka manusia telah melibatkan Allah di setiap sendi kehidupan, dan memiliki kesadaran bahwa segala apapun yang kelak didapat hakikatnya merupakan titipan dari Allah.

“Kalau sudah seperti itu, maka setiap langkah-langkah itu akan membawa kebaikan. Misalnya; memberikan pelayanan terbaik kepada customer dengan berlaku jujur, amanah, tidak mengurangi timbangan dan sebagainya. Namun, yang perlu menjadi catatan sebenarnya bukan ucapannya, tapi lebih ke penghayatan makna yang kita ucapkan. Kalau lisan saja tanpa penghayatan, saya pikir akan menjadi hambar,” papar Djoko.

Dengan pelayanan terbaik, hal tersebut berdampak pada terciptanya pelanggan yang loyal, sehingga produktivitas pun tentu mengalami peningkatan. “Semakin dipercaya oleh Allah dengan materi yang melimpah ruah, maka kita semakin leluasa untuk beramal, dengan berinfak, atau berzakat, misalnya,” ungkap Djoko.

Begitu pula Deny Muttaqien. Pemilik Alifa Moslems Shopping Centre, Bandung ini meyakini, bahwa orang-orang yang menanamkan suatu niat (Bismillah) sejak awal, akan memiliki cadangan energi dan keyakinan, yang membuat seseorang pantang menyerah. “Puncaknya bahwa kebaikan yang kita lakukan akan dibalas Allah di akhirat kelak. Sehingga mampu berpikir progresif dan realistis, bahwa Allah akan memberikan sesuatu dengan segala kebaikan yang terkandung di dalamnya,” ungkap Deny.

Penulis : Muhammad Yasin
Peliput : Erni Ari Susanti/ M. Yasin
Penyunting : hb Sungkaryo
Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 42

0 komentar:

Posting Komentar