Mengadakan pengajian di majelis taklim dengan mengundang para ustadz terkenal, itu biasa. Menggelar kegiatan bakti sosial, itu juga sudah biasa. Memberikan pelayanan beasiswa kepada putra-putri anggota majelis taklim mulai usia sekolah dasar hingga ke jenjang perguruan tinggi, baru luar biasa.
Nyaris seperempat abad yang lalu, tepatnya 26 juli 1989, Sebuah Majelis Taklim hadir di bilangan Kebon Bibit Bandung. Embrionya hanya sebuah pengajian rutin 4 orang wanita, yakni; Hj. Din Alman Natalegawa, Hj. Syarif Bastaman, Hj. Esih Umar Kusuma dan Hj. Tati Mustain. Saat itu, Fly Over Pasupati, yang menghubungkan Jalan Pasteur dan Surapati, Bandung ini belum berdiri. Pengajian pun rutin terselenggara di kediaman Hj. Alman Natalegawa, di Kebon Bibit Selatan 17.
Saat itu, sebelum sekondang sekarang, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pun biasa berangkat mengendari motor untuk mengisi ceramah di MT Nurun Nisa ini. Selain Aa Gym, beberapa Da’i dan Da’iyyah ternama sempat menjadi pemateri rutin MT ini, antara lain; ustadz Bukhari Muslim, KH. Athian Ali m. Da’i, Prof. Dr. KH. Miftah Faridl, Ustadzah Ninih Muthmainnah, Ustadzah Farida, dan beberapa lainnya.
Pada tahun 90-an saat pengajian ini mulai merayap memperlihatkan perkembangannya dua pelopor MT ini, Hj. Alman dan Hj. Syarif meninggalkan Kebon Bibit Tamansari menuju daerah lain, masih di kota Bandung, yang jaraknya lumayan jauh.
Ditinggalkan oleh para pelopor, tak menyurutkan semangat dakwah para pengurus MT Nurun Nisa. Mereka terus mengajak masyarakat untuk hadir di Majelis ini. Dari kediaman Hj. Alman, tempat pengajian kemudian berpindah ke Masjid Nurul Iman dan Masjid Albayyinah, dua masjid yang masih terletak di Kebon Bibit Selatan.
Awal tahun 1990, beragam program kemudian diinisiasi para pengurus MT Nurun Nisa. Program-program tersebut antara lain; Khitanan massal, pemberian kelengkapan shalat, pembagian daging hewan kurban, pemberian infak kepada jajaran keamanan, dan pengangkatan anak asuh melalui pemberian beasiswa kepada para pelajar dhuafa, mulai usia sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
“Pemberian beasiswa kemudian menjadi program unggulan Majelis Taklim ini. Jika ditotal sejak digulirkannya program pada tahun 1990 hingga 2009, jumlah anak asuh yang mendapatkan beasiswa sudah melebihi 1000 jiwa. Rata-rata, setiap tahun, jumlah anak asuh yang menerima beasiswa berkisar antara 50 sampai 80 anak,” Kata Wakil Ketua Majelis Taklim Nurun Nisa, Hj. Tati Mustain
Budi Hartono dan Slamet, misalnya. Keduanya adalah putra dari seorang pengayuh becak di kebon Bibit. Atas izin Allah, dengan jalan beasiswa dari Majelis Taklim Nurun Nisa, mereka berhasil menamatkan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan kini telah bekerja di dua perusahaan mapan di tanah air. Hal tersebut menjadi bukti nyata, terobosan Majelis Taklim ini, dengan pemberian beasiswa untuk putra-putri jamaahnya yang berprestasi, namun terhambat dari sisi pembiayaan.
Selain memberikan beasiswa kepada anak asuh, MT Nurun Nisa juga memberikan modal usaha kepada orangtua anak asuh, dengan harapan mereka bisa mandiri, dengan tidak mangandalkan biaya pendidikan anaknya dari MT Nurun Nisa saja.
“Dana yang terkumpul ini mayoritas dari infak ibu-ibu saja. Meskipun kami sekarang sudah udzur kami tetap semangat. Kita sekarang ini sedang berusaha akan melakukan regenerasi pengurus berikutnya” pungkas Hj. Tati.
Pengurus MT Nurun Nisa.
Ketua : Hj. Euis Ilyas Purakusumah
Wakil Ketua : Hj. Tati Mustain
Sekretaris : Hj. Ine Nana Garmana
Bendahara : Hj. Lucy Mansyur Agam
Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 42
0 komentar:
Posting Komentar