Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Jumat, 04 Februari 2011

Yadi Purwanto,“Sulap dan Sihir Bedanya Tipis Sekali!”

Drs. Yadi Purwanto, MM., MBA
Ketua program Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Wakil ketua Dewan Pakar Asosiasi Psikologi Islami (API)

Bagaimana secara akademis, ilmu Psikologi memandang fenomena sulap yang tengah marak akhir-akhir ini ?
Kalau dari sudut psikologinya pesulap dianggap orang yang memiliki kemampuan khusus. Kemampuan khusus ini konotasinya bisa negatif bisa juga positif.

Konotasi fositif kalau ranahnya kognitif, afektif, dan psikomotorik biasa. Misalnya yang kognitif pesulap lebih cerdas dari umumnya manusia, yang afektif pesulap bisa memanipulasi perasaan penonton, yang psikomotorik pesulap memiliki tingkat keterampilan berupa kecepatan, ketepatan, ketelitian dan kratifitas.

Sedangkan pesulap berkonotasi negatif ketika pesulap memasukan unsur-unsur magis atau kekuatan magis ke dalam atraksinya.

Namun yang jadi masalah adalah perbedaan antara magis dan tidak magis itu tidak bisa dipahami oleh penonton. Perbedaan ini hanya akan dipahami oleh pesulap itu sendiri dan ahlinya. Kalau masyarakat awam cuma mencari kesenangan saja.

Itu dari sisi pesulap. Bagimana dengan khalayak penikmat tontonan sulap?
Dari sisi penonton/ khalayak penikmat sulap, ilmu psikologi mengklasifikasi pada tiga faktor. Pertama, insting dalam diri manusia menggambarkan manusia secara umum atau awam. Di dalamnya terdapat istilah the locus of mystery yaitu lubang misteri yang harus dipuaskan. Oleh karena itu kenapa manusia merasa selalu menginginkan sesuatu yang takjub. Sesuatu yang takjub biasanya diangap memiliki kemampuan ekstra human, yaitu kemampuan di luar manusia pada umumnya.

Kedua, keingintahuan manusia cenderung pada hal-hal yang bersifat unik dan misteri.

Ketiga, menunjukan pada diri manusia ada kecenderungan meyakinkan sesuatu yang bersifat ghaib dan maha kuasa yang lebih dari kekuatan dirinya. Oleh karena itu manusia tertarik pada hal-hal yang takjub dan mengherankan.

Maka sessungguhnya, sisi manusia ini digunakan untuk mengimani kebesaran Allah dengan adanya mukjizat, wahyu, maunah, karamah dan sebagainya.

Tinggal bagaimana cara memanfaatkkannya, siapa orangnya, apakah pedagang, tukang sihir, penguasa, ahli hipnotis, tukang tipu. Mereka memanfaatkan potensi yang ada di diri manusia.

Bagaimana anda melihat atraksi Sulap yang mempertontonkan aksi menakutkan?
Itu di dalam agama Islam haram. Karena bermain-main dengan kematian itu haram. Apalagi dipertontonkan secara nasinal melalui TV.

hal tersebut menimbulkan efek ngeri, trauma, mual sampai muntah bagi penonton. Sebagian lagi kebal rasa, menikmati, bahkan merasa jika tidak ekstrim tidak menarik. Orang seperti ini cenderung sadistis, Narcissistic. Artinya senang melukai diri sendiri. Gejala ini, gejala orang-orang yang sakit mental. Ini merusak iman. Ini merusak rasa empati pada penderitan orang menjadi hilang. Penyakit yang ditimbulkan anti social, psikopat, meniru (modeling) di rumah.”

Apa motif yang melatarbelakangi?
Pertama dia ingin berbeda dengan yang lain. kedua ingin lebih dari yang lain, ketiga ingin menunjukan punya keunggulan dan keajaiban.

Dari sudut itu dianggap baik, cuma dia belajar sulap atau sihir itu yang menjadi masalah. Namun motif dasar seorang pesulap adalah karena dia merasa kagum dengan dirinya kalau dia bisa lebih dari orang lain. Biasanya orang menyukai hal-hal itu makanya marak.

keempat ada motif bisnis kapitalisme di era hiburan yang memanfaatkan nuansa semi mistis. Meskipun kemudian Dedy Corbuzier mengatakan ini bukan magis, atau sihir.

Pada dasarnya, masyarakat dihibur seperti itu untuk menjadi apa? Tayangan sulap seperti itu tidak produktif bagi masyarakat. Malah yang produktif itu entertainment, pertelevisian dan pesulap sendiri.

Bagaimana dengan atraksi sulap jenis Hipnotis?
Hipnotis ini ada dua pendekatan, pendekatan yang sangat ilmiah, artinya dapat dilakukan dari kesadaran. ketika dia diambang kesadarannya menjadi turun tapi sebelum tidur.

Kesadaran bisa diturunkan dengan beberapa cara, baik dengan obat, kelelahan serta indera yang diarahkan. Secara psikologis hal itu bisa dipelajari dengan mudah.

Kedua ada yang cara-cara non ilmiah seperti gendam dan kekuatan-kekuatan yang diluar ilmiah.

Dalam perspketif psikologi Islam sebenarnya hipnotis dengan artian menurunkan kesadaran secara ilmiah tidak apa-apa. Akan tetapi mengambil kesadaran orang selain untuk medis haram hukumnya.

Mengambil kesadaran itu ada beberapa macam bisa menggunakan nafza, miras dan hipnotis. Dengan diambil kesadarannya orang menjadi tidak menguasai dirinya sendiri. Oleh karena itu mengambil kesadaran orang untuk kepentingan dipermainkan, dan hiburan, itu termasuk dalam kategori haram.

Sama saja kalau orang shalat tidak boleh dalam keadaan mabuk. Dalilnya segala sesuatu yang memabukan itu haram. Memabukan itu hilang kesadaran kecuali untuk kepentingan medis, membius itu hukum asalnya haram kecuali untuk kesehatan.

Mendramatisir hipnotis menjadi hiburan sebagai bagian dari pengalihan masyarakat terhadap hal-hal yang produktif. Ini juga bisa memalingkan akidah umat. Masa’, orang digolok masih kuat, digantung tidak mati. Ini jaringan sihir dengan motif sulap saja.

Karenanya, antara sulap dan sihir bedanya tipis sekali. Yang tau persis pelakunya sendiri. kalau penonton tidak mengerti. Semua ahli debus ngga mengatakan ini sihir. Ini ilmu hasil tirakat dan zikir. Saya sendiri tidak bisa menghukumi The Master itu pakai Jin atau ngga. Kecuali kalau langsung nanya pesulap dan menganialisis.

Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 39

Tulisan Berkaitan

0 komentar:

Posting Komentar