Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Jumat, 21 Oktober 2011

Chocodot, Inovasi Unik Khas Garut

Bagi Anda yang pernah berkunjung ke Garut Jawabarat, tentu sudah tidak asing lagi dengan dodol, Kudapan khas Garut yang sangat banyak menghiasi pertokoan buah tangan di sepanjang jalan Tarogong Cipanas Garut. Namun setahun terakhir ini ada sesuatu yang unik mengisi display di sebagian besar pertokoan jajanan khas Garut.

Sesuatu yang unik itu adalah chocodot singkatan dari Chocolate With Dodol Garut (cokelat isi dodol garut). Sebuah terobosan berani dari Kiki Gumelar yang merombak dodol, warisan jajanan leluhur masyarakat Garut ini menjadi produk baru yang saat ini banyak diburu masyarakat Jawa Barat.

Tidak hanya dodol, Kiki pun di bawah nama perusahaan Tama Cokelat (diambil dari nama anak pertamanya, Hafidz Ali Fahritama) tidak tanggung-tanggung merombak dunia percoklatan menjadi lebih unik lagi, seperti cokelat dengan rasa cabe, jahe, bandrek, bajigur dan rasa lainnya dari rempah-rempah khas Jawa Barat.

Dan yang lebih mengagumkan lagi, kiki membangun bisnis ini dari modal hasil pinjaman. Ia bisa mengembalikan pinjaman sekaligus break-even point (BEP) hanya dalam kurun waktu 3 bulan. Usahanya yang baru berjalan satu tahun ini sekarang sudah menghasilkan omset lebih dari 400 juta perbulan, itu pun masih belum bisa memenuhi semua permintaan pasar.

Jenuh Kerja
Apa yang membuat Kiki Gumelar meraih sukses hanya dalam waktu singkat? Mari kita coba telusuri perjalananya. Perjalanan bisnis Kiki Gumelar bermula saat ia berada di Jogjakarta. Pada tahun 2007 sewaktu ia bekerja di bisnis development PT Nirwana Lestari, ia nyambi usaha sampingan berupa kue dan roti. Usaha sampingannya tersebut ternyata membuat lelaki asal Garut ini menjadi tidak fokus bekerja di perusahaan, sehingga memunculkan rasa jenuh.

Ia ingin segera berhenti kerja dan pulang ke kampung halamannya. “Saya ingin pulang kampung ke Garut. Cuma waktu itu siapa yang akan menggaji saya di kota kecil yang aksesnya tidak sebesar Bandung atau Jakarta,” kata Kiki.

Kondisi ini terus memaksa laki-laki penyuka travelling ini melakukan Inovasi usaha sampingannya ini dengan berbagai cara. Suatu hari di bulan Juni 2009, dia tiba-tiba berkeinginan memasukan dodol yang saat itu dibawa oleh ibunya dari Garut ke dalam coklat. Ternyata setelah dicoba hasilnya sangat enak.

Kemudian ia pun meminta ijin kepada orangtuanya untuk berhenti kerja dan mengambangkan bisnis coklat isi dodol di kampung halamannya. Sayang, orang tuanya tidak merestui dia. Sebab bisnis bagi banyak orang masih dianggap sepele dibandingkan dengan bekerja di sebuah perusahaan.

Kendala ini tidak menyurutkan nyali Kiki untuk meyakinkan bisnis barunya ini kepada orang tua. Ia mulai melakukan terobosan di Yogjakarta dengan menciptakan chocodot bar 100 gr dengan 7 jenis variasi, diantaranya Gunung Haruman dark chocolate with dodol, Gunung Talaga Bodas white chocolate with dodol, Gunung Papandayan milk chocolate with dodol cokelat, Gunung Cikuray milk chocolate with dodol keju, Gunung Guntur milk chocolate with dodol susu. Serta dua edisi special bar 100 gr, yaitu Jeruk Garut dark chocolate with dodol buah jeruk dan Candi cangkuang dark chocolate with aneka dodol.

Penampilan Chocodot sama dengan cokelat batangan pada umumnya. Dibungkus alumunium foil namun pada kemasan luarnya terdapat gambar pemandangan objek pariwisata Kabupaten Garut.

Setelah menciptakan produk chocodot Kiki langsung memutuskan untuk pulang kampung dan mengembangkan bisnisnya secara serius. Dengan penuh keyakinan, ia pun memberanikan diri meminjam uang kepada orang lain. “Saya pinjam uang 17 juta ditambah pinjaman bahan baku senilai 25 juta yang harus saya bayar satu bulan ke depan” tutur laki-laki yang pernah menjadi duta boga nasional ini.

Setiap hari Kiki berkeliling ke hotel-hotel dan toko-toko untuk menawarkan produk barunya. Dari semua tempat yang ia datangi tak sedikit menolak produknya, terutama toko yang menyajikan buah tangan khas Garut. “Saya ke toko oleh-oleh 60% mereka menolak dengan alasan, aneh masa dodol di dalam coklat, yang ada juga dodol rasa coklat,” tutur Kiki menirukan pemilik toko.

Ia tak ambil pusing, karena justru kebanyakan yang menerima produknya adalah perhotelan. Mereka semua membayar tunai dan melakukan pemesanan lagi. Namun toko oleh-oleh tak mesti ia tinggalkan. Ia beberapa kali meyakinkan kepada mereka, bahwa produknya kelak akan laku di pasaran.

Benar saja selang beberapa hari ‘produk anehnya’ ini mendapatkan sambutan luar biasa dari masyarakat Garut. Hari demi hari chocodot kian ramai dibicarakan dan dicari orang. Bahkan Diki Chandra artis sekaligus Wakil Bupati Kabupaten Garut turut melaunching chocodot pada 9 Agustus 2009.

Tidak merasa puas dengan Chocodot, Kiki mulai nyeleneh lagi dengan mengeluarkan cokelat isi aneka buah. Produk keduanya bernama Gage Choco, singkatan dari Garut Geulis Cokelat.

Produk ini terdiri dari 10 macam varian, yaitu Besek pink coklat isi cream raspberry, Besek merah cokelat isi cream strawberry, Besek orange cokelat isi cream jeruk, Besek biru cokelat isi cream blueberry, Besek cokelat cokelat isi cream kopi, Besek hijau cokelat isi cream aple, Besek ungu cokelat isi cream durian, Besek marun cokelat isi cream talas, Besek natural cokelat isi cream srikaya dan Besek kuning cokelat isi cream mangga.

Geulis dalam bahasa lainnya adalah cantik. Memang kemasan produk kedua ini dibuat sangat cantik yaitu menggunakan besek mungil dengan beragam warna untuk masing-masing rasa. Dalam produk keduanya ini kiki tetap menggunakan budaya lokal dalam menarik pangsa pasarnya. Kalau produk pertama, ia mengenalkan beragam pemandangan dan tempat wisata Garut, kali ini ia mengenalkan besek tradisional yang hampir jarang ditemukan, apalagi di perkotaan.

Sedangkan dari produk chocodot lahir lagi 4 varian baru cokelat minibar 40 gr dengan kemasan wisata pemandian air Cipanas Garut, yaitu Cipanas Black dark chocolate with dodol, Cipanas white white chocolate with dodol, Cipanas brown milk chocolate with dodol dan Cipanas yellow dark chocolate with dodol buah jeruk.

Pada bulan September 2009, Kiki lagi-lagi mengeluarkan produk barunya yang bernama Brodol singkatan dari browniez dodol. Produk ini hasil dari broniez khas Amerika yang merupakan cake bantat dimodifikasi dengan isi dodol khas garut. Produk ini dikemas dalam dua pilihan 450 gr, dan 900 gr juga dengan pilihan rasa toping keju, almond, dan original.

Lima bulan setelah itu, Kiki kembali mengenalkan produk barunya yaitu Cokelat Van Java. Produk ketiga ini dihasilkan dari cokelat dengan citarasa rempah-rempah khas jawabarat, seperti cokelat rasa cabai, jahe, bandrek, bajigur, sekoteng, beas cikur, kacang dan sugar free. Produk ketiga ini dibuat dengan dua segmen yaitu Van Java Gold Premium dan Van Java Silver Modified.

Bahkan rencananya tidak akan lama lagi Kiki akan mengeluarkan produk terbarunya bernama Rangicok Euy singkatan dari Ranginang celup cokelat euy. Ranginang yang merupakan makanan khas jawabarat ini nantinya akan dibalut coklat .

Ide Produk dan Pembuatannya
Kiki mengaku munculnya ide-ide unik itu bermula dari keterpaksaan sewaktu ia harus memutuskan untuk mengakhiri kerjanya, tapi kebutuhan hidup harus tetap terpenuhi. “Di Jogja saya sudah jenuh banget ingin segera pulang kampung. Kerja juga mentok. Peningkatan karir ga bisa lagi. Maka saya berusaha mencari celah agar bisa menciptakan suatu produk,” kata Kiki.

Jika ada ide yang terlintas di benak Kiki maka saat itu juga ia melakukan riset. Kemudian ia mencicipi sendiri. Setelah dirasa enak maka ia akan mengundang teman-temannya melalui jejaring sosial untuk mencicipi temuan barunya itu. Setelah responnya cukup baik, maka ia melakukan riset kedua yaitu menemukan ketahanan produk. Baru kemudian meluncurkan temuannya ke pasaran umum.

Untuk mendapatkan bahan baku coklat, Kiki memanfaatkan coklat lokal dari Jawabarat, baik coklat riil (couvouture) atau coklat modifikasi (compound) yang keduanya memiliki kualitas yang sangat baik namun digunakan untuk berbeda segmentasi pasar. Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah penghasil coklat terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

Saat ini proses pembuatan chocodot masih manual dengan dibantu oleh para pekerja sekitar 30 orang. Mayoritas Sdm yang dipekerjakan oleh Kiki adalah lulusan smp dan sma sisanya beberapa tenaga ahli di bidangnya untuk melakukan pengasawan kualitas, keuangan dan pemasaran.

Produk yang dikelurkan oleh Kiki terbilang cukup unik. Ia memadukan coklat dan dodol dalam satu produk. Artinya dia memiliki konsumen dodol yang mayoritas orang dewasa juga konsumen coklat yang mayoritas anak-anak dan remaja. Tidak hanya itu, ternyata dengan produk uniknya ini Kiki berhasil menciptakan pangsa pasar yang baru yaitu penikmat coklat isi dodol.

Secara sederhana, untuk mengenalkan produk yang berkaitan dengan buah tangan maka pertokoan yang menjajakan buah tangan serta perhotelan harus digarap serius. Karena, kedua tempat tersebut menjadi incaran para wisatawan. Itulah yang menjadi alasan kenapa Kiki bersikeras menawarkan produk-produknya ke dua tempat tersebut.

Namun produk biasa saja tanpa penampilan yang menarik akan kalah bersaing dengan produk buah tangan yang lainnya. Maka ia pun menggunakan budaya local sebagai daya tariknya sekaligus ia mengenalkan pariwisata Garut secara lebih massif.

Kiki telah banyak melakukan promosi diantaranya dengan menyebarkan Flyer, spanduk, poster, sticker, dan memberikan tester secara gratis kepada khalayak umum dalam beberapa acara kesempatan. Selain itu juga Kiki banyak mengikuti pameran baik di Garut, di beberapa tempat di daerah Jawabarat sampai di luar provinsi.

Setelah ceruk pasar terbangun, Kiki kemudian membuat tempat jualan sendiri. Diantaranya Saung Cokelat di Babakan Salaawi Cipanas Tarogong Garut, Waroeng cokelat Intan di Otista Tarogong Garut, dan Toko Cokelat di Siliwangi Garut. Wisatawan yang berkunjung ke tempat ini tidak hanya dari Jawabarat tapi juga dari Jakarta, Palu, Manado, Makassar dan beberapa daerah lainnya.

Untuk memenuhi antusias masyarakat Kiki rencananya di bulan Agustus ini akan membuat tempat wisata edukasi cokelat terbesar bernama D’Jieun Tjokelat di Otista Pasawahan Tarogong Garut. Di tempat ini masyarakat bisa melihat proses pembuatan chocodot serta ditampilkan teori-teori mengenai pohon coklet, biji cokelat dan segala hal yang berkaitan dengan cokelat.

Penulis : Muhammad Yasin
Diterbitkan oleh Majalah Pengusaha Muslim Edisi Agustus 2010
Rubrik Inovasi hal 54-46

0 komentar:

Posting Komentar