Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Minggu, 17 Juli 2011

Dr. Riana Helmi, Dokter Belia dari Ujung Barat Indonesia

Masih ingatkah Anda dengan seorang remaja putri berusia 17 tahun yang pernah menggegerkan dunia pendidikan Indonesia pada pertengahan 2009. Gadis mungil ini berhasil meraih gelar sarjana kedokteran di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada usia yang sangat muda, yakni 17 tahun 11 bulan.

Dia adalah Riana Helmi putri berkerudung kelahiran Banda Aceh 22 Maret 1991. Putri pasangan Rofi’ah dan Ajun Komisaris Polisi (AKP) Helmi, S.H. ini tercatat sebagai sarjana termuda di Indonesia dengan Predikat cumlaude dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,67.

Keberhasilan Riana ini, membawanya meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada hari Sabtu bulan Juni 2010 sebagai lulusan Termuda. Bahkan, UGM pun meraih penghargaan yang sama sebagai universitas yang berhasil meluluskan sarjana kedokteran termuda.

Keberhasilan Riana tentu melalui proses yang tidak mudah. Godaan dan tantangan selalu menghadang pada setiap langkahnya.

Di tengah kesibukannya, Riana Helmi masih bisa menyisihkan waktunya untuk berbagi kisah dengan Alhikmah.

Riana Helmi hidup di keluarga yang sederhana. Ia. Ayahnya yang seorang Polisi, membuat anak pertama dari 3 bersaudara ini beserta keluarganya terpaksa berpindah-pindah domisili. Mulai Aceh, Karawang dan berakhir di Sukabumi, tergantung tugas yang diemban sang ayah.

Di usia 3 tahun, Riana sudah pandai membaca. Sang ibulah yang amat berperan dalam pendidikan Riana sejak usia dini.

“Ibu saya seorang yang sangat tekun dan ulet. Beliau sendiri yang mengajari saya membaca, menulis, berhitung, juga membaca Alquran. Beliau selalu ada waktu untuk membantu saya jika saya mengalami kesulitan mengenai pelajaran dan tugas-tugas di sekolah,” tutur Riana.

Sang ayah pun berperan aktif. Riana menilai ayahnya sebagai orangtua yang sangat peduli terhadap perkembangan pendidikan anaknya. Ia sangat memperhatikan pelajaran Riana di sekolah dan membantu apapun keperluannya untuk memenuhi tugas-tugas sekolah. Riana masih ingat betul bagaimana sang ayah selalu mengantarkan dan menjemputnya ke sekolah.

“Beliau seorang yang penuh perencanaan akan pendidikan saya. Saya pikir, saya harus banyak mencontoh kegigihan, sifat bersunguh-sungguh, dan kerja keras dari beliau,” kata Riana.

Riana mulai masuk Sekolah Dasar (SD) pada usia 4 tahun. Bukan lantaran paksaan dari kedua orang tuanya, namun, kecerdasan Riana memang sudah tampak setahun sebelumnya, saat berusia tiga tahun.

Riana sejak kecil memang jarang bermain layaknya anak seusianya. Ia menghabiskan waktunya dengan banyak belajar dan ia sangat menikmatinya.

Riana menyelesaikan SD selama 6 tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan. Setelah itu ia mengikuti program percepatan (akselerasi) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui beberapa tes IQ akademik.

Hasilnya, Riana selalu lolos uji, sehingga ia bisa menamatkan SMP dan SMA, masing-masing 2 tahun lamanya. Logis jika jenjang pendidikan SMA berhasil dilalui saat usianya baru 14 tahun.

Di Fakultas Kedokteran UGM
Cita-citanya sejak kecil yang ingin menjadi dokter, membuat dia begitu mantap untuk mendaftar ke Fakultas kedokteran di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, melalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS). 

Program ini diseleksi langsung oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi. Dan impian itu mulai tampak di depan mata setelah ia berhasil lulus seleksi PBS.

Masuk dunia kampus, Riana menghabiskan waktu dengan banyak membaca buku serta berdiskusi dengan teman-teman kuliahnya. Bagi Riana gerbang menuju ilmu pengetahun tiada lain adalah dengan rajin membaca. Selain aktif belajar di kampus ia juga rutin mengikuti kajian Islam ilmiah di sekitar kampus.

“Banyak sekali waktu untuk membaca. Terkadang, saya menargetkan 1 buku untuk tiap akhir pekan, jika tidak ada tugas kuliah yang harus segera diselesaikan,” tutur Riana.

Riana terbiasa belajar mulai sejak pukul 3 dini hari hingga subuh menjelang. Tapi kalau ada ujian ia bisa belajar sampai larut malam. Ia mengakui tugas-tugas kuliah di fakultas kedokteran sangatlah banyak, namun karena dengan kecerdasan, ketekunan dan doa yang selalu ia panjatkan pada Khaliknya, Riana berhasil melewati semua itu.

Persis dalam jangka waktu 3 tahun 8 bulan, Riana akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah dengan meraih gelar Sarjana Kedokteran UGM. Saat itu usianya 17 tahun 11 bulan.

Spirit Riana
Sekarang ini Riana masih sibuk menjalani program profesi dokter muda (ko-asistensi) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, RSUP Soeradji Tirtonegoro di Klaten, Jawa Tengah, RSUD Banyumas, RSUD Wates dan beberapa rumah sakit yang lainnya. Ia menargetkan selesai koasistensi tepat waktu di akhir 2010. Setelah itu, ia akan dilantik secara resmi menjadi dokter.

Perjuangan Riana Helmi memang masih panjang. Prestasi yang ditoreh tentu menumbuhkan bertitik harapan, bahwa dengan kesungguhan, kegigihan, dan tentunya doa yang tak putus dipanjatkan, mampu mengubah mimpi menjadi kenyataan.

Terakhir, kepada generasi muda ia berpesan, “Mumpung masih muda, masih banyak waktu untuk dapat terus mencari ilmu dengan sungguh-sungguh, baik ilmu agama maupun ilmu lain sesuai profesi dan tuntutan masing-masing. Bersemangatlah atas apa-apa yang bermanfaat bagimu, dan minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah kamu merasa lemah (malas).”

Penulis : Muhammad Yasin
Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 48

0 komentar:

Posting Komentar