Bagi Anda yang berkesempatan menunaikan ibadah haji atau umrah ke tanah suci, tak lengkap rasanya kalau tidak membawa oleh-oleh haji seperti kurma, air zamzam dan aksesoris khas timur tengah.
Namun jika ternyata oleh-oleh yang dibawa sedikit, sedangkan kerabat Anda banyak, Anda tak perlu khawatir, ada banyak oleh-oleh haji yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Salah satunya oleh-oleh haji yang berada di kota kembang Bandung. Namanya cukup unik yaitu O2H singkatan dari oleh-oleh haji.
Kalau Anda merasa malas untuk keluar rumah, O2H akan datang membawa oleh-oleh haji sesuai pesanan Anda ke rumah. Cukup mudah dan efesien. Kalau pun Anda masih kurang puas, Anda bisa langsung datang ke tokonya di Jalan Cigadung Raya Barat No. 46 Bandung. Ada beragam oleh-oleh haji yang bisa dipilih.
Sang pemilik bernama Ibu Madihah Baj menuturkan bisnis oleh-oleh haji miliknya dirintis sejak tahun 2006. “Saya sejak tahun 1999 sudah terjun bisnis. Namun ganti-ganti mulai dari baju batik, busana muslim sampai aksesoris. Dari semua bisnis yang saya tekuni, ada satu bisnis yang menarik dan cocok bagi saya yaitu bisnis oleh-oleh haji yang saya tekuni mulai tahun 2006” tutur ibu keturunan Arab ini.
Ibu Madihah mengeluarkan tabungan dinarnya sejumlah 8 dinar atau sekitar 10 juta rupiah saat itu untuk modal awal memulai bisnis oleh-oleh haji. Sisanya ia mendapatkan barang dari titipan beberapa produsen oleh-oleh haji.
Seiring berjalannya waktu, usahanya terus berkembang, hingga tahun 2006 ceruk pasarnya sudah terlihat dan stabil. Ibu Madihah mengaku, jika ramadahan tiba atau ketika musim haji omset bisnisnya bisa mencapai 60 juta rupiah. Jumlah ini meningkat di bulan-bulan biasanya yang hanya bisa meraup omset rata-rata 25 sampai 30 juta.
Produk Didatangkan dari Luar dan dalam Negeri
Sama seperti kebanyakan toko oleh-oleh haji lainnya, O2H menawarkan beberapa produk seperti zamzam, kurma, kacang arab, kismis, hallway, habbatussauda, kapulaga, madu yaman, madu kashmir, minyak zaitun, minyak samin, sajadah, baju koko, pakaian ihram, minyak wangi, pacar makkah, cela mata, kopiah, tasbih serta beberapa aksesoris khas timur tengah.
Produk-produk tersebut diakui Ibu Madihah Baj didatangkan dari luar negeri seperti Dubai, Makkah, Afrika, India dan China. Dari sekian banyak negara tersebut Dubai masih menjadi prioritas, pasalnya Dubai menurut Ibu Madihah ibarat terminal dari semua oleh-oleh haji yang ada di berbagai negara muslim.
Khusus korma, Ibu Madihah memberikan porsi istimewa. Makanan jenis ini bisa dibawa oleh Ibu Madihah ke tanah air hingga 26 jenis kurma. Ia pun memiliki rencana kedepannya akan membuat rumah kurma.
Untuk memudahkan suplai barang dari luar negeri, Ibu Madihah membentuk tim beserta rekan-rekannya yang memiliki bisnis serupa. Tim tersebut terdiri dari empat orang. Setiap tim memiliki jatah masing-masing dalam ukuran yang telah disepakati, biasanya barang tersebut berupa kurma, air zam-zam dan makanan lainnya.
Perwakilan tim akan berangkat dua bulan sebelum ramadhan tiba. Tugasnya untuk mengecek dan memesan barang yang akan dibawa ke Indonesia. Stok barang-barang tersebut diperkirakan oleh masing-masing tim harus bisa memenuhi pelanggan sampai bulan haji tiba.
Sedangkan untuk penyediaan aksesoris, Ibu Madihah kadang berbelanja di luar negeri ketika suaminya yang seorang konsultan bangunan mengikuti seminar dunia di luar negeri.
“Saya kadang ikut suami pas ada seminar dunia. Misalnya ke Afrika selatan, saya memborong aksoseris yang ada disana. Saya juga bawa barang dari Indonesia untuk ditawarkan disana. Ya intinya apa yang bisa dijual disini dan apa yang bisa dijual disana” tutur Ibu Madihah.
Adapun untuk beberapa jenis barang lainnya seperti perlengkapan haji, mulai dari topi haji, sajadah dan kain ihram, Ibu Madihah memilih produk yang didatangkan dari Tasikmalaya. Kurang lebih ada tiga gudang penyimpanan oleh-oleh haji yang telah disiapkan oleh Ibu Madihah untuk menampung barang-barang ini diantaranya berada di Bandung, Cirebon dan Purwakarta.
Memfasilitasi Dinar Sebagai Alat Tukar
Ada yang berbeda dari tokoh oleh-oleh haji lainnya, di O2H terdapat uang dinar, dirham, dan khamsa sebagai alat tukar. Alat tukar ini sebagai salah satu fasilitas yang diberikan Ibu Madihah kepada para pelanggannya yang ingin bertransaksi menggunakan dinar, dirham dan Khamsa.
“Saya punya ide menggunakan dinar sejak tahun 1999. Suami saya bersama dua rekannya kebetulan merintis dinar dirham di Indonesia. Dan sekarang perkembangannya sudah sangat pesat” kata Ibu kelahiran Purwakarta 19 Juli 1966 ini.
Alasan Ibu Madihah memfasilitasi dinar sebagai alat tukar karena ia ingin menyelamatkan ekonomi umat Islam. “Kalau kita ke luar negeri nilainya masih sama. Berbeda dengan rupiah. Ekonomi ini kan dikusai oleh non muslim. Non muslim sendiri menyimpan dalam bentuk emas. Di jaman rasul juga menggunakan dinar dan dirham. Mengapa kita tidak hidupkan kembali dinar dan dirham itu.” tutur Ibu Madihah.
Teknis transaksi dengan dinar, dirham dan khamsa cukup mudah. Jika satu produk seharga 25.000 rupiah dan ada pelanggan yang membawa satu dirham yang nilainya saat ini adalah 27.500 rupiah, maka sisanya yang 2500 rupiah akan dikembalikan dalam bentuk rupiah. Karena tidak ada alat tukar yang seharga dengan itu. Hal serupa berlaku sebaliknya.
Ibu Madihah menuturkan, penggunaan dinar, dirham, dan khamsa ini ditokonya biasa dilakukan namun intensitasnya tidak sesering rupiah. Kadang ia juga ikut membuka stand di Pasar Islam yang memberlakukan dinar, dirham dan khamsa sebagai alat tukar.
Sama seperti kebanyakan para pebisnis lainnya, teknik promosi yang dilakukan oleh O2H untuk meraup pangsa pasar cukup sederhana, yaitu dengan menyebarkan brosur, berikalan di berbagai media cetak dan di Internet.
Selain itu yang paling menarik dalam promosi O2H adalah pendekatan person to person yang dilakukan oleh Ibu Madihah yang sekaligus sebagai guru dan seorang ustadzah. Sebagian besar pelanggannya merupakan rekan-rekannya baik yang di instansi swasta atau pun instansi kepemerintahan.
Ia juga aktif di berbagai ormas Islam dan pengajian. Dari kedua jenis inilah menjadi ceruk besar dalam mendatangkan para pelanggan. Sehingga beberapa Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang ada di Bandung. Ibu Madihah mengaku sebagian besar pelanggannya datang dari daerah jawabarat dan sedikit dari luar Jawabarat.
Muhammad Yasin
Muhammad Yasin
0 komentar:
Posting Komentar