Alifa Moslem's Shopping Centre |
Saat ini perkembangan mini market sangat pesat sekali di Indonesia. Tidak hanya di kota-kota besar tapi juga sudah merambah ke pinggiran kota dan nyaris masuk ke pedesaan.
Selain dianggap memiliki prestise jika berbelanja di tempat belanja modern ini, para pelanggan pun dibuat nyaman dengan sistem yang ditawarkan mini market. Mereka mengambil sendiri barang yang dibutuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya dikasir.
Di Jawabarat sendiri sudah banyak mini market yang tersebar dengan puluhan hingga ratusan gerai, seperti Alfamart, Indomaret, Circle K, Yomart dan SB Mart. Dari sekian banyak mini market tersebut hanya ada satu mini market yang menawarkan konsep islami, yaitu AlifaMart.
AlifaMart terletak di Jalan BKR Lingkar Selatan No 63 Bandung. Mini Market yang satu ini tidak bisa dipisahkan dari Alifa Moslem Shopping Centre atau pusat perbelanjaan keluarga muslim.
Keduanya satu paket yang ditawarkan Alifa sebagai pusat perbelanjaan untuk kaum muslim dengan menawarkan produk mulai dari kebutuhan sehari-hari, fashion, aksesoris, bookstore dan ruang serba guna (function hall). Semuanya terintegrasi dalam satu gedung.
Mini market yang menawarkan beragam kebutuhan sehari-hari berada di basment, fashion dan aksesoris kaligrafi berada dilantai dasar dan lantai satu. Bookstore berada di lantai satu, ruang serba guna dan masjid berada dilantai dua serta lantai paling atas ditempati kantor Alifa.
Ir. H. Deni Muttaqin, MBA, M.Sc, General Manager Alifa menuturkan bahwa pemilihan brand pusat perbelanjaan muslim adalah sebagai bentuk differensiasi yang unik dari pusat perbelanjaan lainnya. Karena menurutnya persaingan mini market ini sangat ketat dan melibatkan pemodal besar yang bisa mengancam pesaing-pesaingnya.
Mengusung Konsep Islami
Sistem transaksi yang ada di Alifamart, tidak jauh berbeda dengan kebanyakan mini market lainnya. Seperti pemilihan barang di rak-rak kemudian menyerahkan ke kasir, transaksi dan terakhir menerima bukti pembayaran.
Perbedaan yang menonjol di Alifamart terletak pada nuansanya yang Islami seperti busana pelayan yang menutupi aurat, corak ruangan bergaya timur tengah serta suara yang dipancarkan ke semua ruangan hanya murattal, ceramah dan nasyid.
Tidak ketinggalan pula produk-produk yang ditawarkan adalah produk yang halal baik yang sudah memiliki sertifikasi halal MUI maupun yang belum memiliki sertifikat halal tapi sudah melewati seleksi kelayakan produk halal dan baik yang dilakukan internal Alifa.
“Kita sebagai pribadi muslim ingin mengembangkan produk yang halal dan baik, misalnya di Alifamart kita tidak menjual minuman beralkohol, produk yang mengandung unsur babi, bahkan rokok pun kita tidak menjual. Hukum rokok memang kontroversi, tapi kita menetapkan bukan produk yang layak dikonsumsi” tutur Deni.
Alifa menerapkan sistem bagi hasil kepada para suplier yang menitipkan barangnya. Mereka yang menitipkan produk berasal dari para UKM dan suplier besar. Prosesnya pun cukup mudah. Mereka mendatangi bagian yang berwenang kemudian menyepakati bagi hasil. Setelah itu pengambilan hasil penjualan bisa dilakukan secara rutin.
Alifamart mulai beroperasi lebih awal pukul 07.00 pagi, sedangkan fashion dan bookstore beroperasi sejam kemudian. Namun keduanya tutup bersamaan pada pukul sembilan malam.
Dalam sehari Alifamart mampu meraup omset belasan juta rupiah dari kebutuhan sehari-hari yang dijualnya. Jumlah ini bisa naik beberapa kali lipat jika mendekati bulan Ramadhan. Begitupun dengan fashion dan bookstornya.
Sayang, sejak berdiri tahun 2003 sampai sekarang, Alifa tidak melebarkan sayapnya ke tempat lain dengan sistem waralaba atau pun buka cabang. Dani mengakui keputusan itu berat karena persaingannya sangat ketat dan membutuhkan modal yang sangat besar.
“Tantangan yang paling besar adalah para pesaing kita para swalayan besar. Alifa dalam tataran ide mau diwaralabakan. Tapi saingannya itu ternyata sangat besar sehingga arusnya sangat besar,” papar Deni.
Padukan Bisnis dan Sosial
Deni menegaskan bahwa pendirian Alifa tidak hanya berorienasi pada profit semata, tapi ada sisi sosial keagamaan yang ia garap. Hal itu dibuktikan dengan adanya sarana ruangan serba guna (Function Hall) yang disediakan Alifa di lantai dua.
Ruangan itu berfungsi untuk acara besar seperti pengajian, seminar, pelatihan serta kegiatan sosial lainnya yang bersifat islami. Ruangan ini bisa digunakan dengan pembayaran sewa, profit sharing atau bisa juga gratis tergantung sifat kegiatannya.
Daya tampung ruangan ini sekitar 700 orang. Pada ruang ini pula digelar shalat jumat secara rutin. “Jadi kalau dikatagorikan gedung Alifa ini ada dua katagori, 3 lantai ke bawah urusan duniawi, satu lantai ke atas urusan akhirat” papar lulusan S2 dari Lyon, Perancis, dan University of Geneva, Swiss ini.
Keuntungan lainya dari konsep sosial yang ia terapkan ini, ternyata bisa mendatangkan jumlah pengunjung yang lumayan banyak. Mereka berdatangan untuk mengikuti pengajian atau seminar dan sepulangnya mereka berbelanja. Deni mencontohkan dari 400 orang yang datang mengikuti acara minimal 25 % mereka melakukan transaksi.
Deni menyebut konsep ini sebagai konsep marketing mengundang orang dengan orang. Maksudnya mengadakan keramaian dengan kegiatan sosial sehingga orang penasaran mengapa disana ada keramaian.
Selain mengadakan acara di tempat sendiri, untuk menarik pelanggan Alifa juga sering mengadakan kegiatan di luar, seperti di masjid skala besar atau tempat keagamaan lainnya. Disana Alifa membuat bazar dan mempromosikan pusat perbelanjaanya. Namun tidak sesering acara di tempatnya sendiri.
Hasilnya, beberapa pelanggan baru berdatangan. Mereka kadang berasal dari Jakarta atau dari luar negeri sepeti Malaysia dengan status sosial ekonomi kelas menangah ke atas.
Deni mengakui masih banyak kekurangan dalam konsep perbelanjaan Islami yang ia terapkan di Alifa. Namun itu tak menyurutkan niatnya untuk terus memperbaiki dan tak akan kenal menyerah meskipun di sebrang jalan sudah menunggu para pesaing besar yang mengancam eksistensinya.
1 komentar:
AYOK KITA JADI PENGUSAHA MUSLIM..YANG HEBAT..AAMIIN
Posting Komentar