Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Rabu, 22 Desember 2010

Ir. Zaim Saidi, Kembalilah Pada Muamalah!


Ir. Zaim Saidi
Direktur Eksekutif PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center),
penulis buku: “Lawan Dolar dengan Dinar”, “Tidak Islamnya Bank Islam”.

Sejarah Riba?
Ada sejak hidup manusia sendiri, makanya dalam pemikiran pra-Islam, misal pada zaman Aristoteles dulu, riba sudah ada dan dibenci masyarakat, karena riba melawan fitrah. Banyak kisah dalam mitologi Eropa, yang menerangkan tentang kebencian tentang riba/rentenir. Kalo di Indonesia misalnya cerita tentang babi ngepet.

Belakangan riba merujuk ke kaum Yahudi, karena mereka tahu itu haram maka mereka halalkan. Tapi sekarang riba bukan eksklusif milik kaum Yahudi karena orang Nasrani atau Islam pun terlibat. Jadi riba telah menjadi praktek sebuah kelas rentenir tanpa memandang agama.

Institusi yang Terkena Riba?
Semua institusi sudah terkena riba. Riba awalnya penyimpangan sosial yang menjadi sistem. Sekarang riba menjadi cara hidup, berarti keseluruhan model hidup kita adalah riba yang dimulai dengan kehidupan bermasyarakat negara kita, misal bank, asuransi, pajak, APBN, kredit, dana pensiun, simpan pinjam. Kata Rasulullah SAW akan datang suatu jaman bahkan orang yang nggak mau makan riba pun terkena riba.

Dampak Riba?
Perilaku manusia berubah. Jadi mereka tidak tahu lagi kalau mereka manusia, karena fitrah manusia hidup untuk mengabdi pada Allah SWT. Riba menghilangkan fitrah manusia sebagai manusia. Karena semua orang kini hanya dikejar-kejar oleh kegelisahan untuk mencari makan dan menghidupi keluarganya yang semakin tidak bisa dilakukan akibat riba, jadi semua problematika sosial ujung pangkalnya adalah karena riba. Orang korupsi, mencuri, membunuh, semua karena riba. Itulah sedemikian jauhnya akibat riba.

Pelaku Riba?
Yang memberi, menerima, mencatat dan menyaksikan semua hukumnya sama, jadi tidak ada kata lain kita harus menghentikan dan melawan atau kita menjadi bagian dari riba sendiri. Rasulullah SAW berkata, dosa orang yang riba ibarat orang yang menzinahi ibunya di Baitulharam. Itu yang terkecil, padahal riba adalah dosa besar kedua setelah syirik.

Apakah Syariah satu-satunya jalan keluar?
Ini harus diclearkan, yang dimaksud institusi syariah apa. Syariahnya betul tapi dalam syariah kita harus mengerti bahwa yang bertentangan dengan riba adalah perdagangan berarti itu adalah muamalah. Jadi kalau ada institusi yang mengklaim bahwa dia syariah tapi bertentangan dengan muamalah justru dia bagian dari sistem riba. Kembalilah pada muamalah. Kembali pada perdagangan (mudharabah, musyrakah, dll).

Muhammad Yasin
Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 31

0 komentar:

Posting Komentar