Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Jumat, 28 Januari 2011

Majelis Taklim USPAR Mengikis Citra Negatif Usaha Pariwisata

Di mata sebagian orang, hotel dianggap memiki imej yang cenderung negatif. Wajar jika citra itu kadung melekat, selain core usaha yang bergerak di bidang jasa layananan penginapan, hotel kerap disalahgunakan sebagai ajang pemuas nafsu biologis manusia. Razia ke hotel-hotel dalam rangka meminimalisasi perbuatan asusila pun banyak dilakukan aparat kepolisian.

Kondisi tersebut menginspirasi Marketing Manager Hotel Trio, Bandung, H. Oman Hidayatuddin, dan ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haris Hermawan, untuk mengadakan pertemuan dengan sejumlah kalangan yang berkepentingan.

Saat itu persis menjelang bulan Ramadhan tahun 1991. Sepuluh General Manager yang mewakili institusi masing-masing, antara lain; Hotel Trio, Hotel Guntur, Hotel Papandayan, Hotel Panghegar, Hotel Savoy Homann, Hotel Jayakarta, Hotel Arjuna, dan Restoran Sindangreret melakukan pertemuan di kantor PHRI, jalan Palasari no. 6 Bandung.

Pertemuan itu membuahkan komitmen bersama untuk mengadakan acara keagamaan di hotel. “Selain kesadaran spiritual yang penting untuk terus dikembangkan, aktivitas keagamaan dianggap bisa memulihkan citra negatif hotel selama ini,” ungkap Oman Hidayatuddin.

Majelis Taklim USPAR (MT USPAR). Demikian wadah aktualisasi spiritual itu dinamai. Uspar bukan diambil dari bahasa Arab, melainkan singkatan dari Usaha Pariwisata. Nama ini diambil karena MT ini merupakan kumpulan hotel, Restoran dan Lembaga Pendidikan Pariwisata di Bandung.

Aktivitas pertama saat itu adalah Safari Ramadhan. Setiap hotel yang tergabung dalam MT USPAR berupaya menyediakan ta’zil, shalat Magrib, makan malam, shalat Isya serta ceramah tarawih yang diisi oleh penceramah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Departemen Agama Kota Bandung, serta beberapa ustadz lainnya. Kegitan ini dilaksanakan secara bergilir selama 28 hari penuh di bulan Ramadhan.

Tak hanya anggota MT USPAR yang hadir, Majelis Taklim di luar Uspar, serta 45 Panti Asuhan yang ada di kota Bandung, juga turut meramaikan Safari Ramadhan tersebut.

Khusus untuk Panti asuhan, hotel/ restoran yang mendapat giliran jadwal Safari Ramadhan wajib mengundang dua panti asuhan, dengan perwakilan 20 orang perpanti asuhan. “Alhamdulillah, saya juga ngga nyangka, meskipun owner-nya bukan orang Islam, tapi dalam kegiatan ritual di bulan Ramadhan, mereka sangat perhatian,” tutur H. Oman.

Kegiatan safari Ramadhan pun kemudian berlanjut menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Sedangkan di luar bulan Ramadhan, MT USPAR mengadakan pengajian bulanan, santunan sosial serta khitanan massal.

Bahkan atas peran MT USPAR, saat ini banyak hotel-hotel di Bandung bisa mennyelenggtarakan shalat jumat sendiri. Sebelumnya, untuk shalat jumat, karyawan muslim di salah satu hotel pergi ke masjid terdekat. Suatu saat, ketika di hotel tersebut menggelar pesta pernikahan, para karyawan terlambat datang, karena lokasi shalat jumat yang berada di luar hotel. General Manager hotel itu pun naik pitam.

H. Oman yang melihat peristiwa itu bertutur, “Kenapa bapak tidak menyelenggarakan shalat jumat di sini (Hotel_red). Karyawan muslim akan sangat terbantu, dan pasti hemat waktu.”

Tak lama, gayung pun bersambut. Mulanya yang menggelar shalat jumat adalah Grand Hotel Preanger dan Hotel Panghegar. Saat ini, menurut H. Oman, terdapat 18 hotel di kota Bandung yang sudah melaksanakan Jumat di hotelnya masing-masing.

Selain menyelenggarakan shalat jumat, MT USPAR juga mengadakan pelatihan Khatib jumat. Hal ini dilakukan untuk pengembangan potensi jemaah, plus solusi mengatasi kebingungan apabila khatib undangan batal datang.

Hingga kini MT USPAR telah memilki 400 anggota yang tersebar di puluhan hotel, restoran dan Lembaga Pendidikan Pariwisata di Kota Bandung.

Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 38

0 komentar:

Posting Komentar