Kumpulan tulisan Muhammad Yasin, Wartawan, Blogger dan pebisnis online

Jumat, 20 Mei 2011

Lu’lu Salon and Wedding Muslimah Ahlinya Salon dan Pernikahan ‘Berkah’

Siapa bilang wanita berkerudung tak bisa memiliki rambut yang memesona, kulit yang halus, serta badan yang mewangi layaknya putri cantik bagi orang tuanya, qurrata a’yun (penyejuk hati) bagi suaminya, serta pendidik yang elegan bagi putra-putrinya?

Saat ini, khususnya di Bandung, banyak bermunculan salon-salon kecantikan yang dikhususkan untuk para muslimah. Lu’lu Salon and Wedding Muslimah salah satunya. Tak hanya bergerak di bidang perawatan rambut, kulit dan badan, Lu’lu pun membantu muslimah mewujudkan pernikahan yang terencana, elegan, berkesan, dan Insya Allah berujung keberkahan, dengan layanan Wedding Organizer (WO) muslimah sekaligus.

Adalah Wita Anggraini, pemilik sekaligus arsitek dibalik kesuksesan Lu’lu Salon and Wedding Muslimah. Usaha wanita kelahiran Curup, Bengkulu 10 Agustus 1980 ini terbilang sukses. Sekitar 200 hingga 300 akhwat datang untuk melakukan perawatan ke tempatnya. Belum termasuk Wedding Organizer yang mengorganisir pernikahan 5 sampai 9 pasangan setiap bulannya.

Mulanya Keperluan Merawat Diri

Wita, mulanya, tak memiliki latar belakang di bidang tata rias. Ia lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Padjadjaran (Unpad) tahun 1999 lalu. Setelah Lulus ia berkecimpung sebagai relawan di salah satu lembaga sosial selama 6 tahun (2002-2007).

Tentu saja sebagai relawan yang aktif, Wita perlu merawat diri agar tetap tampil enerjik. Sayangnya tak banyak dijumpai salon yang dikhususkan untuk muslimah. Ia lantas berpikir, tak ada salahnya membuka salon muslimah.

Awal tahun 2005 ide itu kian menguat. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan analisis pasar, serta konsultasi kepada sang kakak yang seorang dokter kecantikan di Sumatera, Wita memberanikan diri mendirikan usaha salon dengan mengambil brand Lu’lu. Kata yang berasal dari bahasa arab, artinya mutiara.

Satu persatu literatur buku kecantikan dan tata rias menjadi menu bacaan sehari-hari istri dari Muhammad Harun ini. Dengan modal usaha 45 juta, sembari terus aktif sebagai relawan di lembaga sosial, Wita dibantu oleh 4 karyawan bersemangat menjalankan roda usahanya di bilangan Cihapit, Bandung.

Untuk menjaga hijab (batas), Lu’lu Salon menerapkan sistem penjagaan (security) yang cukup ketat. Tak seorang laki-laki pun bisa masuk seenaknya ke dalam ruangan Salon, karena ini merupakan syarat mutlak agar tetap terjaga auratnya.

Selain memerhatikan faktor keamanan, khusus untuk perawatan badan, wanita yang akrab disapa ummi oleh suaminya ini menyediakan Luluran yang diracik sendiri. Racikan ini menurutnya bebas dari zat kimia yang membahayakan.

Strategi Menghadapi Kompetitor
Seiring berjalannya waktu, Wita mulai merasakan kehadiran kompetitor di berbagai daerah di kota Bandung. Mau tidak mau ia harus tetap menjaga mereka yang sudah menjadi pelanggan setianya.

Sembari berpikir strategi untuk menjaga, dan melakukan penetrasi pasar yang lebih luas, setahun kemudian (2006), Wita memutuskan pindah lokasi ke bilangan Cikutra Barat.

Menariknya, di lokasi yang terletak antara bilangan Cikutra Baru - Tubagus Ismail, Bandung ini justru berdiri sejumlah salon muslimah lainnya. Strategi ini berdampak cukup signifikan. Semula, hanya 4-5 klien perhari yang datang. Setelah pindah ke lokasi baru, bisa dua sampai tiga kali lipat jumlahnya.

Maka, Wedding Organizer (WO) muslimah langsung menjadi perhatian khusus Wita. Menurutnya, saat itu banyak salon muslimah yang tidak menyertakan WO sekaligus. Begitu pun sebaliknya, WO muslimah sudah bermunculan namun tidak menyertakan salon muslimah. Ia pun berpikir ingin mendirikan salon dan WO muslimah sekaligus.

“Saya juga melihat prospek wedding organizer muslimah sangat bagus. Usaha seperti itu masih sedikit, sedangkan muslimahnya banyak banget. Belum lagi perias pengantin itu kebanyakan waria. Saya jamin muslimah ngga bakalan mau,” kata Wita.

Untuk mewujudkan mimpinya itu, Wita ikut-ikutan merias pengantin di WO lainnya. Kesempatan ini tak disia-siakan Wita. Ia gali ilmu tata rias dengan cara memerhatikan hal-hal detil menyangkut WO, plus segudang permasalahan bisnisnya.

Tak lama, WO muslimah, masih dengan brand Lu’lu akhirnya berdiri. Untuk menambah pengetahuannya di bidang tata rias, Wita tak berhenti melahap banyak literatur tentang WO. Bahkan Beberapa seminar dan pelatihan WO baik di Bandung, pun Jakarta tak pernah ia lewatkan.

Di tengah perjalanan riak-riak permasalahan muncul. Aktivitasnya sebagai relawan di lembaga sosial cukup menyita waktu, sedangkan usaha salonnya ia percayakan penuh pada karyawannya.

Namun, kepercayaan itu terindikasi disalahgunakan. Salah seorang karyawannya sering memanfaatkan brand Lu’lu Salon and Wedding Organizer untuk kepentingan bisnis pribadi.

Pelajaran berharga bagi Wita, bahwa kepercayaan saja di dalam bisnis tentu tidak cukup. Harus ada kontrol terhadap kinerja karyawan.

Mala, tahun 2007, ia akhirnya memilih melepaskan aktivitasnya di lembaga sosial untuk terjun 100 persen mengembangkan bisnisnya ini.

Layanan Komplit Salon dan Pernikahan
Jasa layanan Lu’lu Salon & Wedding Organizer terbilang komplit. Diantaranya perawatan calon pengantin pra nikah, kartu undangan, souvenir, tata rias pengantin, dekorasi gedung dan pelaminan, catering, foto dan video. Tak hanya itu, paket Entertainment semisal nasyid dan hiburan lainnya, hingga konsep acara pernikahan menjadi keunggulan salon ini dibanding usaha sejenis.

Beberapa klien bahkan kerap kali meminta Wita untuk meyakinkan keluarga klien tentang konsep hijab (memisahkan antara laki-laki dan perempuan) bagi tamu undangan. Dengan konsep acara yang rapih, terorganisir, dan memudahkan klien, ia berhasil meyakinkan keluarga mempelai, bahwa konsep hijab tidak serumit yang dibayangkan.

Selain konsep acara yang tertata, ada lagi kelebihan Lu’lu Salon & Wedding Organizer, yang tidak ditemukan di WO muslimah lainnya. Yakni dengan menyertakan belasan anak-anak yatim piatu berseragam sebagai pengiring pengantin menuju ke pelaminan.

Sembari mengiringi di sebelah kanan dan kiri pengantin, mereka melafalkan doa khusus untuk kedua mempelai; barakallahu laka wabaroka ‘alaika wa jama’a bainakumma fil khair (Semoga Allah memberkahi kalian dan berkah Allah tercurah atas kalian, dan semoga Allah mengumpulkan kalian bersama dalam kebaikan). Anda tentu sudah mafhum, betapa dahsyatnya kekuatan doa anak-anak yatim.

Bagi perempuan berjiwa sosial ini, Pernikahan adalah gerbang kehidupan yang baru. Maka ia berkinginan mempersembahkan amalan unggulan ini tanpa memungut biaya sepeser pun, mulai dari biaya makan, seragam, hingga tranportasi.

Kelak, selain terpampang dalam album kenangan, sekulum senyum, pun derai tawa anak anak yatim ini diharapkan akan mengawali keberkahan dalam mahligai rumah tangga kedua mempelai. Amiin.

Diterbitkan oleh Tabloid Alhikmah edisi 47

2 komentar:

Nuraeni Muslimah mengatakan...

Subhanallah.. teh wita. kangen aku. 2007 lalu saya menikah di rias oleh teh wita. kebaikannya gak terlupakan.. terimakasih banyak ya bantuannya. rias nya OK BANGET, jauh dari kesan MENOR. RECOMENDED lah pokoknya...

Anonim mengatakan...

ini dimana ya lokasinya.,..??

Posting Komentar