Bisnis pengobatan alternatif menggunakan tanaman obat (herbal) kini makin menjamur di tanah air. Tren ini makin menguat pada lima tahun terakhir. Ada apa di balik populernya bisnis herbal di Indonesia?
Selain khasiat herbal makin diakui oleh masyarakat, ditambah banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para akademis menyangkut khasiat tanaman obat, keuntungan finansial yang diperoleh dari bisnis ini juga tak kalah menariknya.
Tengok saja bisnis herbal yang dilakukan PT. Habbatussauda Internasional (HI). Perusahaan herbal ini didirikan dan digagas oleh Ir. Yusuf Efendy Djuanda, Ramulya, S.Si dan Ir. Faisal Sardono, M.M. pada tahun 2005.
Ir. Yusuf Efendy mengaku, mendirikan perusahaan ini didasari komitmen yang tinggi dan bekal pengalamannya bekerja di sebuah perusahaan herbal nasional.
Kunci utama sukses adalah fokus pada bidang kerja dan bisnis. PT HI berupaya memfokuskan diri pada produksi dan pemasaran berbagai jenis suplemen dan obat-obatan herbal, sebagai komponen utama herbal yang digunakan adalah habbatussauda, madu dan zaitun. Juga ada beberapa komponen lain seperti sari kurma, jahe, pasak bumi, bee polen, dan berbagai herbal alami nusantara.
PT. HI mengklaim sebagai perusahaan herbal pertama di Indonesia yang memproduksi suplemen makanan, minuman, obat-obatan, dan suplemen ekstra energi dari bahan habasyi (habbatussauda). PT HI mengimpor bahan baku berupa jinten hitam (habbatussauda) sekitar 15 ton setiap bulan dari Ethiopia dan Mesir.
Jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Meski baru berusia 5 tahun, PT. HI memiliki sekitar 80 karyawan dan memproduksi 18 jenis produk herbal.
Menurut Ir. Yusuf Efendy, berdasarkan laporan penjualan, setiap tahunnya frekuensi penjualan produk herbal dari perusahaannya, mengalami kenaikan yang sangat signifikan. “Saat ini perusahaan kami mampu maraup pendapatan hingga mencapai miliaran rupiah perbulannya,”kata Ir. Yusuf Efendy, Direktur Utama PT. Habbats International.
Perusahaan yang berlokasi di Arcamanik Endah Ruko 1 No 7 Bandung ini membagi lini bisnisnya menjadi 3 bagian besar, yaitu suplemen, makanan dan minuman, obat-obatan, dan suplemen ekstra energi. Produk-produk tersebut berasal dari habbatussauda, madu dan zaitun, sari kurma, jahe, pasak bumi, bee polen, dan berbagai herbal alami nusantara. Segmen usia yang dibidik meliputi segala usia, mulai dari bayi hingga lansia.
Produk yang disediakan dikemas dalam berbagai bentuk, diantaranya berupa kapsul, cairan, minuman kesehatan, dan madu yang telah dicampur dengan bahan berkhasiat. Semua produk tersebut diberi merk dagang Habbat’s dan telah dipatenkan.
Produk Habbat’s telah dipasarkan ke beberapa provinsi dan berbagai kota diantaranya Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Padang, Aceh, Sulawesi dan Kalimantan. Produk Habbat’s juga ditemukan di apotik-apotik.
Merintis Usaha
Bagi Ir. Yusuf Efendy tak mudah untuk menggapai kesuksesan mengibarkan bendera perusahaan PT. Habbatussauda International. Waktu dan pengalaman adalah ujian terbaik bagi perusahaan ini. Awalnya, tahun 2002 Ir. Yusuf Efendy bersama kedua rekannya memutuskan untuk terjun ke bisnis herbal dengan menggunakan bahan habbatussauda. Keputusan tersebut diambil karena dia mendengar dan melihat banyak kesaksian dari orang yang merasakan khasiat habbatussauda yang ia bawa dari Malaysia.
Ia harus merogoh kocek hingga 300 juta rupiah. Dana ini digunakan untuk menyediakan bahan herbal seperti jinten hitam, madu, kurma dan zaitun yang diimpor dari mesir. Selain itu untuk pembelian mesin, perijinan dan pengemasan produk.
Cara mendapatkan bahan-bahan herbal ini cukup sulit, karena harus mengimpor dari luar negeri. Meski demikian, tidak menyurutkan niat Ir. Yusuf untuk mengayuh roda bisnisnya. Pria lulusan jurusan Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) ini optimis bisnis herbal di masa mendatang akan menjadi peluang bisnis yang potensial di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
“Bisnis ini sangat prospektif. Apalagi bisnis ini sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadits. Dalam Sohih Bukhari disebutkan hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh dalam habbatussauda’ itu terdapat penyembuh segala penyakit, kecuali as-sam.” Saya bertanya “Apakah as-sam itu?” Beliau menjawab, “Kematian”. Namun herbal belum dikembangkan secara sempurna, misalnya madu, habbatussauda, zaitun dan kurma. Kita memfokuskan bisnis herbal di jenis itu” kata Ir. Efendy.
Selanjutnya dari bahan madu, habbatussauda, zaitun dan kurma inilah dikembangkan hingga 20 jenis produk dengan brand Habbat’S. Dua puluh produk itu diantaranya Habbat’S Kapsul (suplemen sehat alami stamina prima), habbat’S Plus (suplemen alami pria dewasa), Habbat’S Sehat (Obat sehat alami), Nigellive Liqiud Kapsul (Suplemen plus obat alami), Habbat’S Blackseed Oil (imunisasi alami), Habbat’S Oil 369 (cepat meresap dan tidak lengket), Kurma Plus (nutrisi alami sehat wanita), AnaKurma Plus (sari kurma anak), Habbat’S Kafe (minuman sehat tanpa kafein), Habbat’S Blackseed Honey (Madu Arab dari lebah penghisap bunga habbatussauda), Honeylive (madu sehat pria dan wanita) Habbat’S Kid Honey (madu anak sehat mulktivitamin) dan beberapa produk lainnya.
Produk-produk tersebut diluncurkan untuk berbagai segem, mulai anak-anak, hingga pria dan wanita dewasa.
Dalam proses pembuatannya PT. HI tidak menggunakan zat pemanis buatan, pewarna buatan dan zat pengawet. Menurut Ir Yusuf Efendy zat-zat tersebut adalah racun yang madharat. Selain itu, proses pembuatan produk Habbat’S sudah menggunakan mesin berstandar yang telah diuji kelayakannya oleh Dinkes RI dan LPPOM MUI.
Kedua lembaga itu melakukan penyuluhan dan pengawasan terhadap proses pembuatan produk-produk Habbat’s. Sedangkan proses pengemasan serta finishingnya masih dilakukan secara manual.
Perizinan LP POM MUI
Agar produk-produknya beredar di masyarakat , PT. HI melengkapi produk tersebut dengan berbagai izin yang ditetapkan oleh pemerintah dan LP POM MUI. Semua produk Habbat’s sudah melalui uji kelayakan dari Dinas Kesehatan Republik Indonesia (Dinkes RI) serta Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPOM-MUI).
Izin edar juga tak sekaligus keluar. Memang butuh waktu setahun (2004-2005) untuk menunggu hingga izin resmi tersebut diberikan. Seolah ada kesan lembaga pemberi izin mempersulit. Ir. Yusuf Efendy berpendapat seharusnya proses perizinan produk herbal khususnya jinten hitam, madu, kurma dan zaitun tidak terlalu dipersulit. Sebab kualifikasi uji kelayakan dari herbal tersebut sudah banyak dilakukan oleh para ahli dari berbagai negara dan hasilnya sangat memuaskan.
“Herbal ini berbeda dengan obat-obatan kimia. Jika gramaturnya kelebihan maka mempunyai efek keracunan. Sebaliknya kalau kurang maka tidak berefek. Jadi beda sedikit bisa berakibat fatal. Bedanya dengan herbal, orang minum madu sampai 5 sendok pun tidak masalah,” kata pria kelahiran Singkawang, Kalimantan, 19 Juni 1971 ini.
Meski tidak berbahaya, yang perlu dicermati adalah penggunaan kapsul untuk mengemas produk herbal. Menurut Ir. Yusuf Efendy ada banyak kapsul yang beredar di pasaran Indonesia khususnya yang diimpor dari luar negri terbuat dari gelatin binatang yang diharamkan dalam Islam. “Kami menggunakan kapsul dari gelatin sapi sehingga terjamin kehalalannya,” katanya.
PT. HI dalam melakukan pemasaran produknya memanfaatkan distributor dan keagenan yang tersebar dari Papua hingga Aceh. Distributor ini bertanggung jawab mengembangkan bisnis herbalnya di wilayahnya masing-masing.
Untuk memperluas jangkauan pemasaran produknya, PT. HI juga menyisihkan anggarannya untuk belanja iklan produknya di beberapa majalah nasional dan promosi menggunakan website miliknya http://www.habbatsonline.com serta jejering sosial agar bisa diakses dari berbagai penjuru dunia.
Ia menganggap cara-cara seperti itu dinilai cukup efektif dalam mendongkrak pangsa pasar nasional. PT. HI juga menyelenggarakan kegiatan offline dengan menerjunkan tim-tim ahlinya dalam seminar dan roadshow ke beberapa daerah untuk mengenalkan produk Habbat’s. Kepada masyarakat.T
Tahun 2010 ini PT. HI melakukan roadshow ke pesantren-pesantren sepriangan timur (Garut, Tasikmalaya, Ciamasi dan Banjar) juga ke Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Jakarta.
Permintaan produk Habbat’s tidak hanya datang dari dalam negeri saja, namun dari luar negeri mulai banyak. Meski demikian, PT. HI tidak buru-buru menyambutnya, karena ingin berkonsentrasi memenuhi pasar dalam negeri dulu.
“Kami mulai mengembangkan klinik pengobatan tradisional sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami sudah mendirikan beberapa klinik di Jakarta dan akan terus digarap sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah,” kata Ir. Yusuf Efendy.
Ia makin optimis dengan perkembangan PT. HI, karena di beberapa tempat praktek kedokteran di berbagai daerah sudah ada dokter yang menggunakan produk Habat’S untuk melengkapi suplemen bagi para pasiennya.
“Saya berharap masyarakat mulai beralihlah kepada herbal yang sudah jelas jaminannya. Kita jadikan herbal ini sebagai konsumsi suplemen sehari-hari,” pungkasnya.
Penulis : Muhammad Yasin
Diterbitkan oleh Majalah Pengusaha Muslim Edisi Agutus 2010
Rubrik Laporan Utama Hal 12-14.
2 komentar:
siap ana ikut
Mantab..barakallah..
Posting Komentar