Menjelang Bulan Ramadhan, Pasar Baru Trade Center (BTC) yang terletak di jalan Oto Iskandardinata Bandung Jawabarat mulai kebanjiran pengunjung. Kalau pada bulan biasanya jumlah para pengunjung paling banyak 800 ribu orang maka memasuki bulan ramadhan jumlah pengunjung bisa mencapai 1 juta orang setiap harinya.
Menurut Humas Pasar Baru Trade Center, Hein Adolf W alasan utama membludaknya orang berbelanja di Pasar Baru lebih dikarenakan lengkapnya aneka produk busana yang ada apalagi harganya relatif murah. Apalagi kota Bandung ini dipandang oleh banyak orang sebagai kiblat segala busana, khususnya busana muslim.
Untuk menyambut ramainya pembeli menjelang ramadhan sejumlah pemilik kios di pasar baru terlihat merapihkan produk dan merancang strategi pemasarannya. Namun beda halnya dengan Ir H. Djoko Sasongko, pemilik Amanah Muslim saat ditemui di kios pusatnya di lantai 4 Blok A2-80. Pengusaha yang menyediakan aneka perlengkapan muslim dan haji ini justru terlihat santai.
Bagi lulusan teknik Fisika ITB ini, melayani pembeli pada hari-hari menjelang dan saat ramadhan sama saja dengan hari-hari biasa, yaitu dengan penuh hormat dan tanggap. Diakui Djoko, pada saat ia mensurvei suasana Pasar Baru sebelum membuka kios pada akhir tahun 2003, ada sebuah kebiasaan di Pasar Baru.
“Mereka bilang dagang di Pasar Baru yang benernya cuma empat bulan saja yaitu bulan-bulan di sekitar ramadhan. Dagang pada empat bulan itu bisa menutup operasional setahun dan sisanya pedagang pada santai. Nah ini yang saya tidak mau. Tidak bisa seperti itu, toh setiap hari orang datang ke sini.” tutur Ir H. Djoko Sasongko.
Tapi ia tidak memungkiri pada bulan-bulan menjelang ramadhan terjadi kenaikan transaksi jual beli di kiosnya. Pada empat bulan tersebut setiap harinya Amanah Muslim meraup omset mulai dari Rp. 20 juta selanjutnya 30 juta dan puncaknya di bulan ramadhan bisa melebihi Rp. 35 juta.
Omset yang kalau ditotal sudah menyentuh angka Rp. 1 milyar di bulan ramadhan tersebut diakuinya didapat dari 7 kios miliknya. Kios-kios tersebut terdiri dari 3 kios perlengkapan haji dan busana muslimah, 1 kios perlengkapan busana muslimah anak, 1 kios perlengkapan busana muslim dan 2 kios toko buku muslim.
Ketujuh kios tersebut letaknya berdekatan. Hal ini sengaja dibuat oleh ayah dua orang putra ini demi mengusung konsep bisnis One Stop Shopping. Dengan konsep tersebut, ia berharap para pengunjung tidak berhenti belanja hanya pada satu produk saja, tapi ada banyak produk lainnya yang bisa menjadi pilihan. Ternyata strategi yang diterapkannya tersebut terbukti berhasil. Dari satu orang yang belanja bisa menghabiskan satu sampai dua juta rupiah.
Mantan Ahli Pesawat Terbang
Ada hal yang menarik dalam diri Ir H. Djoko Sasongko. Ia mulanya bukanlah seorang pebisnis melainkan seorang consultan engineering (tenaga ahli) pesawat terbang. Ia bergabung dengan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung (sekarang PT DI) pada tahun 1989. Di perusahaan ini ia menjabat sebagai Kepala Departement Environmental control and protection system.
Selain di IPTN ia juga pernah hijrah beserta keluarganya ke Brazil untuk bekerja sebagai tenaga ahli penerbangan. Selain di Brazil beberapa negara lainnya turut disinggahi oleh consultan engineering ini seperti Amerika, Perancis, Belgia dan Turki.
“Kita jauh-jauh ke luar negeri digaji besar hampir lebih dari 7 kali lipat gaji di Indonesia, tapi untuk ibadah kurang nyaman” kata Ir H. Djoko Sasongko.
Selama di luar negeri, ia mengaku sulit sekali melaksanakan shalat fardhu berjamaah. Perusahaan tempatnya bekerja pun tidak menyediakan fasilitas untuk beribadah. Apalagi jika hendak shalat jumat, ia harus berangkat ke kota lain yang memakan waktu hingga dua jam.
“Akhirnya saya berpikiran andainya di Indonesia punya usaha dengan penghasilan kotor Rp. 10 juta saja perbulan, kita tidak usah ke luar negeri,” tutur Ir H. Djoko Sasongko.
Karena itu ketika kontrak di luar negeri selesai akhir tahun 2003 ia mulai melirik Pasar Baru. Saat itu ia membaca iklan di media cetak bahwa pasar baru masih menawarkan kios-kios di lantai empat. Maklum saat itu lantai 4 masih kosong melompong.
Selanjutnya, pada November 2003 Ir Hj. Prawestri, istrinya yang bekerja sebagai Kepala bidang system engineering di IPTN mengundurkan diri dan terjun menekuni bisnis busana muslim dan perlengkapan haji di kios Pasar Baru lantai empat yang sudah dibeli Djoko. Selagi istrinya mengurus bisnis, ia kembali meneruskan pekerjaanya di IPTN karena masih tercatat sebagai karyawan.
Pada tahun 2005, Djoko mengundurkan diri dan kembali bekerja di luar negeri, tepatnya di Belgia. Di sana selama 6 bulan ia mampu menabung Rp. 100 juta perbulan. Tabungan inilah yang ia gunakan untuk menyokong bisnisnya.
Setelah kontrak di Belgia habis barulah ia terjun bisnis bersama istrinya di pasar baru dengan mengusung label Amanah Muslim yang menyediakan perlengkapan busana muslim dan haji.
Ide bisnis perlengkapan busana muslim dan haji sendiri lahir saat ia menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah tahun 1997. Saat itu ia terpesona dengan penghargaan yang diberikan kepada Raja Fahd sebagai pelayan dua tanah suci.
Dorongan lain muncul ketika ia melaksanakan wukuf, jumrah aqabah serta thawaf ifadah, ketika ia harus berbagi minuman dengan jamaah lainnya di tengah terik matahari yang menyengat. “Nah dari situlah ide saya membuka busana muslim dengan harga murah untuk membantu muslim,” tambahnya.
Sukses dengan Konsep One Stop Shopping
Mulanya pada bulan November 2003, Amanah Muslim memiliki satu kios yang dibeli dengan harga Rp. 200 juta. Sedangkan untuk pengadaan barang dan fasilitas pertokoan saat itu menghabiskan Rp. 35 juta. Dengan kios ukuran 6,25 m2 dan jumlah barang yang masih sedikit Amanah Muslim sudah memberanikan diri menyebut dirinya sebagai One stop Shopping.
Konsep ini didasari oleh kecenderungan konsumen untuk menghemat waktu saat berbelanja. Banyak pembeli yang lebih memilih gerai yang menawarkan beragam produk sehingga menghasilakn efesiensi waktu dibandingkan berbelanja di gerai yang hanya menjual satu jenis produk.
“Dalam binis itu harus punya mimpi besar. Dan mimpi besar saya waktu itu ingin memiliki mall dengan konsep one stop shopping. Maka saya gencar beriklan ke media cetak, saking terobsesinya kalimat one stop shopping lebih besar ukuran hurufnya ketimbang nama Amanah Muslim,” tutur ketua Haji dan umrah pasar baru ini.
Dari satu kios tersebut terdapat beragam jenis produk yang masih tercampur seperti busana muslim, busana muslimah serta perlengkapan haji. Meski demikian Ir H. Djoko Sasongko cukup cerdik dalam mensiasati konsep One stop shopping. Ia hanya cukup mengubah rak-rak produk bagian tampilan depan dengan produk-produk yang sesuai dengan datangnya musim.
Jika menjelang ramadhan, semua rak yang ada di depan menyuguhkan produk yang berkaitan dengan ramadhan. Begitu ramadhan berakhir ia kembali merombak rak-rak tampilan depan dengan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan ibadah haji karena memasuki musim haji. Usai musim haji tampilan kembali dirubah sesuai dengan kebutuhan musim umrah dan seterusnya.
Tujuh bulan kemudian, tepatnya Mei 2004 Amanah Muslim menambah kiosnya dengan menjual beragam alquran, buku-buku muslim, VCD serta produk lainnya yang biasa ditemui di sebuah toko buku muslim.
Tercatat hampir setiap tahun Amanah muslim terus melebarkan sayapnya dengan memisahkan beberapa produknya ke kios khusus. Gencarnya iklan di media cetak dan di dunia maya pun turut mendongkrak popularitas Amanah Muslim sebagai One Stop Shopping-nya Pasar Baru. Sehingga pada tahun kedua Amanah Muslim sudah mengantongi laba bersih 10 juta perbulannya persis seperti obsesi pemiliknya sewaktu di luar negeri.
Majalah Pengusaha Muslim
Vol 1/ Edisi September 2010
Laporan Utama, Halaman 10-11
0 komentar:
Posting Komentar